Biokimia_Protein (Kelarutan Asam Amino dan Uji Ninhidrin)

 

Kelarutan Asam Amino dan Uji Ninhidrin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang

Protein merupakan salah satu zat gizi yang mutlak dibutuhkan manusia dalam makanannya sehari-hari. Di dalam tubuh manusia, protein berfungsi sebagai zat pembangun, zat pengatur, dan juga sebagai sumber kalori. Nilai gizi protein tidak hanya ditentukan oleh jumlahnya secara kuantitatif, tetapi juga oleh susunan dan komposisi asam-asam aminonya (Nuraini, 1991). Terdapat 20 jenis asam amino di alam, dan meskipun jenis protein di alam ada banyak sekali, namun komponen penyusun protein tetaplah sama yaitu berasal dari ke 20 jenis asam amino yang telah diketahui (Murwani, 2010).

Pada umumnya asam amino larut dalam air, tetapi hanya larut sebagian di dalam pelarut organic. Asam amino di dalam larutan netral akan membentuk Zwitter Ion(ion yang bermuatan ganda). Dalam protein, asam amino satu dengan yang lain bergabung melalui ikatan peptide (-CO-NH). Ikatan peptide dibentuk dengan kondensasi gugus a-COOH dari asam amino yang satu dengan gugus –NH2 dari Asam Amino yang lain. Protein merupakan polimer dari Asam Amino dimana struktur dari protein ada empat macam, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener (Murwani, 2010). Adanya protein dalam suatu sampel dapat diketahui secara kualitatif dengan menggunakan uji biuret dan ninhidrin (Yuliani, 2017). Pada kesempatan kali ini, uji yang digunakan adalah uji ninhidrin.

1.2.       Tujuan

Tujuan dari praktikum kelarutan asam amino adalah untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalam pelarut-pelarut yang berbeda. Tujuan dari praktikum uji ninhidrin adalah untuk mengidentifikasi asam amino.

1.3.       Manfaat

Manfaat dari praktikum kelarutan asam amino dan uji ninhidrin yaitu untuk mengetahui daya larut asam amino dalam pelarut-pelarut lain dan mengetahui bagaimana cara memisahkan asam amino.

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Protein merupakan makromolekul yang memegang peranan penting pada hampir semua proses biologi. Fungsi protein dalam tubuh antara lain membantu perkembangan sel dan menjaga pertahanan tubuh (Yuliani, 2017). Nilai gizi protein tidak hanya ditentukan oleh jumlahnya secara kuantitatif, tetapi juga oleh susunan dan komposisi asam-asam aminonya (Nuraini, 1991). Asam amino merupakan senyawa yang terdiri dari gugus amina (-NH2), gugus karboksil (-COOH) dan rantai samping (R). Rantai samping ini yang membedakan antara asam amino satu dengan asam amino yang lainnya (Yuliani, 2017). Didalam asam amino, gugus karboksil (-COOH) bersifat asam dan gugus amin (-NH2) bersifat basa. Jadi asam amino dapat bersifat asam dan basa, dan sifat ini diberi istilah bersifat “Amfoterik”. Molekul yang bersifat amfoterik dapat bersifat netral atau tidak bermuatan, namun dapat juga bersifat dipolar. Dalam bentuk dipolar ini, asam amino disebut sebagai “Zwitter Ion” (Murwani, 2010). Pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Amina pada umunya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Supriyadi, 2013). Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada tiap gugusnya, sehingga dari suatu reaksi dapat diketahui komponen asam amino suatu protein (Ardith, 2000).

Adanya protein dalam suatu sampel dapat diketahui secara kualitatif dengan menggunakan uji biuret dan ninhidrin. Uji biuret menggunakan reagen biuret yang mengandung NaOH dan CuSO4 encer. Reagen biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein pada sampel. Adanya protein sampel ditunjukkan perubahan sampel menjadi warna ungu. Pembentukan warna disebabkan karena adanya kompleks ion Cu+ dengan ikatan peptida protein. Prinsip dari uji ninhidrin adalah interaksi antara ninhidrin dengan asam amino bebas. Asam amino bebas memliki gugus -NH2 yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan peptida dengan asam amino lain. Adanya asam amino bebas pada uji ninhidrin ditunjukkan dengan pembentukan warna biru sampel (Yuliani, 2017). Terjadinya larutan berwarna biru-ungu menunjukkan reaksi positif terhadap adanya asam amino (Nurjanah dkk., 2011). Terbentuknya warna ungu pada larutan uji menandakan bereaksinya asam amino dengan suhu pemanasan dan pereaksi ninhidrin. Proses pemanasan tersebut merupakan tahapan penting. Hal ini karena proses pemanasan dapat membantu terjadinya denaturasi protein, sehingga protein dapat terurai dan susunan asam aminonya menjadi lebih mudah terdeteksi (Irianty dan Khairat, 2013).

 

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1.       Waktu dan Tempat

Praktikum protein dan asam amino dilaksanakan pada hari Rabu, 22 Februari 2017, dimulai pada pukul 07.30 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini bertempat di Gedung Laboratorium.

3.2.       Materi

Materi yang digunakan pada praktikum Protein dan Asam Amino pada sub bab pertama mengenai Kelarutan Asam Amino yaitu tabung reaksi, beaker gelas dan batang pengaduk. Bahan yang digunakan yaitu HCL 0,1 N, Etanol, kloroform(masing-masing 1 liter). Asam-asam Amino(Glisin, lisin, glutamate, alanin) masing-masing 30 g. Materi yang digunakan pada sub bab kedua mengenai Uji Ninhidrin yaitu tabung reaksi, pipet, gelas ukur, Erlenmeyer, penangas air, dan penjepit tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan yaitu asam-asam amino (glisisn, tirosin, histidin, arginin dan triptofan 1 g/l masing-masing sebanyak 1 liter, Ninhidrin (2g/l) disiapkan sebelum digunakan.

3.3.       Metode

Metode Uji Ninhidrin
Gambar 1. Larutan Sebelum dipanaskan dan  pemanasan larutan pada Uji Ninhidrin

Metoda yang digunakan pada praktikum Protein dan Asam Amino pada sub bab pertama mengenai Kelarutan Asam Amino yaitu siapkan 5 buah tabung reaksi yang diisi dengan pelarut HCL, NaOH, Etanol, Kloroform, dan Aquadest (masing-masing 1 ml). Kemudian larutkan kira-kira 0,5 g asam amino kedalam masing-masing pelarut tersebut, gunakan pengaduk bila perlu. Pada sub bab kedua mengenai Uji Ninhidrin yaitu masukkan 2 ml Asam Amino yang akan diidentifikasi ke dalam tabung reaksi dengan pH netral. Kemudian tambahkan pereaksi Ninhidrin 5-6 tetes. Didihkan selama 2 menit dalam penangas air. Amati warna dan simpulkan hasil pengamatan.

 

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.       Kelarutan Asam Amino

Kelarutan Asam Amino

Gambar 2. Larutan dan Hasil Kelarutan Asam Amino

 Hasil yang diperoleh dari kegiatan praktikum mengenai kelarutan asam amino dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel1. Kelarutan Asam Amino

No

Asam Amino

Pelarut

HCl

NaOH

Kloroform

Etanol

Aquadest

1.

Lisin

Larut

Larut

Tidak Larut

Tidak Larut

Larut

2.

Glutamat

Tidak Larut

Tidak Larut

Larut

Tidak Larut

Tidak Larut

Dari kegiatan praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil bahwa Asam Amino memiliki reaksi yang berbeda, seperti pada percobaan lisin dapat larut dalam Aquadest, HCl, dan NaOH. Asam Amino Glutamat tidak larut dalam pelarut HCL, NaOH, Etanol, dan Aquadest, kecuali Kloroform. Supriyadi (2013) menyatakan bahwa pada umumnya, asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton dan kloroform. Amina pada umunya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Hal ini  Sesuai dengan pendapat Ardith (2000) bahwa beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada tiap gugusnya, sehingga dari suatu reaksi dapat diketahui komponen asam amino suatu protein.

4.2.       Uji Ninhidrin

Uji Ninhidrin

Gambar 3. Hasil Uji Ninhidrin

 Berdasarkan praktikum diperoleh hasil dari uji ninhidrin sebagai berikut:

Tabel 2. Uji Ninhidrin

No

Asam Amino

Waktu

Perubahan Warna

1.

Histidin

00 : 00 : 53

Ungu gelap

2.

Arginin

00 : 00 : 40

Bening

3.

Glisin

00 : 01 : 07

Ungu Kebiruan

4.

Triptofan

00 : 00 : 39

Ungu

5.

Tirosin

00 : 01 : 24

Ungu

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan mengenai uji Ninhidrin dapat diketahui bahwa beberapa asam amino menunjukkan reaksi yang positif. Berdasarkan percobaan dapat diketahui bahwa setelah dicampur dengan larutan Ninhidrin dan dibakar, terjadi perubahan warna kearah kebiruan hingga ungu. Yuliani (2017) menyatakan bahwa prinsip dari uji ninhidrin adalah interaksi antara ninhidrin dengan asam amino bebas. Asam amino bebas memliki gugus -NH2 yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan peptida dengan asam amino lain. Adanya asam amino bebas pada uji ninhidrin ditunjukkan dengan pembentukan warna biru sampel. Nurjanah dkk. (2011) menyatakan bahwa terjadinya larutan berwarna biru-ungu menunjukkan reaksi positif terhadap adanya asam amino. Irianty dan Khairat (2013) menjelaskan bahwa terbentuknya warna ungu pada larutan uji menandakan bereaksinya asam amino dengan suhu pemanasan dan pereaksi ninhidrin. Proses pemanasan tersebut merupakan tahapan penting. Hal ini karena proses pemanasan dapat membantu terjadinya denaturasi protein, sehingga protein dapat terurai dan susunan asam aminonya menjadi lebih mudah terdeteksi.

 

BAB V

PENUTUP

5.1.       Kesimpulan

Daya larut dari beberapa asam amino tertentu dapat larut pada pelarut tertentu. Asam amino Lisin dapat larut dalam pelarut HCl, NaOH dan Aquades, tetapi tidak larut dalam Kloroform dan Etanol. Asam amino Glutamat hanya larut dalam kloroform dan tidak larut dalam HCl, NaOH, Etanol dan Aquades. Pada uji Ninhidrin, asam amino akan memberikan reaksi Ninhidrin yang positif, hal ini ditandai dengan adanya warna biru-ungu setelah dipanaskan.

5.2.       Saran

Sebaiknya semua praktikan dapat saling menjaga kekompakan, kebersihan dan juga lebih berhati-hati apabila sedang menggunakan larutan maupun peralatan yang ada di laboratorium.

 

DAFTAR PUSTAKA

Ardith. 2002. Penuntun Praktikum Biokimia Edisi 10. EGC : Jakarta.

 

Irianty, R.S dan Khairat. 2013. Ekstrak daun pepaya sebagai inhibitor korosi pada baja AISI 4140 dalam medium air laut. Jurnal Bioteknologi 4(22):77-82.

 

Muwarni, R. 2010. Modul Biokimia. Protein dan Asam Nukleat. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang.

 

Nuraini, D. 1991. Ketersediaan lisin sebagai indikator mutu protein. Jurnal Agro-based Industry 8(2):36-45.

 

Nurjanah, A. Abdullah dan A. Apriandi. 2011. Aktivitas antioksidan dan komponen bioaktif keong ipong-ipong (Fasciolaria salmo). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 14(1):22-29.

 

Supriyadi, 2013. Asam Amino.http://supriyadimei.blogspot.co.id/2013/07/asam-amino.html.Diakses pada hari Sabtu, 25 Februari 2017. Pukul 20.47 WIB

 

Yuliani, D. 2017. Petunjuk Praktikum. Biokimia I. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biokimia_Karbohidrat (Uji Peragian dan Uji Iodin)